Minggu, 15 Juli 2012

Tasbih kerinduan


  1. Tasbih kerinduan
    ( sebuah kisah renungan tragedi cinta yang tak berarti )

    Bismillahir-Rahmanir-Rahim ...
    Lelaki itu terpekur diatas sajadahnya. Hatinya begitu gelisah.Air mata masih terus meleleh membasahi wajahnya
    Pagi yang cukup cerah, pagi dimana delapan belas tahun yang lalu lelaki itu mengucapkan janji suci meminang perempuan yang amat dicintainya.Pagi dimana delapan belas tahun yang lalu keduanya mengikat janji untuk selalu menjaga cinta dan kesetiaan mereka.Kicauan burung dan hembusan angin yang sepoi-sepoi,seolah turut mengantarkan lelaki itu berjalan menuju sebuah tempat yang teramat sangat istimewa. Setidaknya bagi dirinya. Karena disana,ia bisa bermesraan sepuasnya dengan istri tercinta. Bercakap-cakap berdua,tentang masa lalu mereka,tentang kisah cinta mereka,dan tentang kemesraan yang terjadi antara mereka berdua.

    “ Qabiltu nikahaha wa tazwijaha,Alifa binti Hamzah Assidiqi liy nafsiy bimahril madzkuur haalan.”

    Saat itu, delapan belas tahun yang lalu,semuanya terasa begitu tenang. Tak ada sedikitpun awan yang menutupi megahnya biru langit-NYA. Mataharipun tersenyum manja dengan tidak terlalu menampakkan sinar panasnya,dan angin berhembus tenang,menggerakkan dedaunan dan rerumputan yang seolah terlihat bagai balerina dengan gerakannya yang memesona. Semua seolah ingin menyaksikan sebuah perjanjian yang terucap untuk mengikat dua manusia berbeda jenis untuk menjadi satu. Sebuah perjanjian yang setara dengan perjanjian Rabb dengan Rasulnya.

    Lelaki itu terus berjalan menuju tempat itu untuk menemui istri tercinta.Tak kuasa ia menahan airmata. Ada rasa bersalah atas apa yang telah ia putuskan ini,Tapi, demi kebaikan buah hatinya,ia harus tetap melakukannya. Airmata terus membanjiri matanya setelah ia hampir sampai di tempat tujuannya.Bayangan istri tercinta semakin tampak jelas di benaknya.

    Kaki lelaki itu bergetar tatkala ia telah sampai di tempat tujuannya.Begitu juga dengan hatinya yang turut merasakan getaran itu. Ini tak seperti yang biasa ia rasakan ketika ia datang ke tempat ini untuk menemui istri tercinta. Tapi rupanya tidak untuk hari ini,karena ia membawa segunung beban yang harus ia sampaikan pada istri tercinta. Lelaki itupun terpekur tempat itu, tempat dimana perempuan yang sangat dicintainya tertidur untuk selamanya…!! Tempat yang menjadi peristirahatannya,setelah ia syahid karena berjuang melahirkan anak kedua mereka enam tahun lalu. Lelaki itu tertunduk pilu,dihadapan gundukan tanah kuburan istrinya. Ia kembali menangis. Hatinya kembali berbisik,seolah kembali berkata dengan sosok istri tercinta.

    “Duhai istriku..hari ini aku datang bersama

    Mungkin dirimu bertanya, siapa sosok yang ada dalam dfoto kecil dalam sakuku Dia adalah…ah.. sebetulnya aku tak sampai hati mengatakannya padamu karena aku tak mau melukaimu..Tapi…. maafkan aku,Sayang…
    Hari ini aku datang, di atas batu nisan peristirahatanmu,berdoa demi keselamatanmu,dan keselamatan kami semua.Mungkin bukan restu,tapi kami ingin memberitahumu bahwa aku akan memperkenalkanmu dengannya karena kami berniat akan menikah.Dan anak-anak kita akan kembali merasakan kehangatan,kasih sayang,dan cinta seorang ibu.Ya.. Perempuan berjilbab itu cepat atau lambat akan menjadi istriku. Jangan cemburu,Sayang….Lihatlah airmataku yang terus meleleh ini. Ini tanda bahwa sesungguhnya aku merasakan beratnya beban yang kurasa dari keputusan yang kuambil ini.Kumohon..jangan anggap ini sebagai sebuah penghianatan.Semua kulakukan demi kebaikan..

    Laki laki itu menarik nafas panjang dan menghapus air matanya yg masih terus meleleh..

    “Ketahuilah Sayang..Ini keputusan terberat yang aku ambil selama aku mengenalmu.Tapi aku ingat janji yang kita buat dulu saat malam pertamaku bersamamu.Saat itu kita berjanji untuk membina sebuah keluarga yang penuh cinta dalam keimanan dan ketaatan pada NYA. Ada satu kalimatmu yg melatariku mengambil keputusan ini.Kau sudah membuatku berjanji untuk melakukan segala yang terbaik untuk kebahagiaan keluarga kita berdua.

    Sayang…Ini keputusan terbaik yang bisa kubuat.Aku bukannya sedang ingin meminta ijinmu untuk memulai sebuah kehidupan baru tanpa kehadiranmu.Bagiku,bagi buah hati kita,dan baginya,kau adalah bagian dari kami yang tak pernah tergantikan,apalagi dilupakan atau hilang..

    Hari ini aku datang memperkenalkan seorang anggota baru dalam keluarga kita berdua.Bagiku,dialah pendamping kehidupanku kini,pengganti tugasmu yang telah usai karena kau telah berpulang padaNYA.Dia adalah sosok ibu dari anak anak kita berdua sebagaimana insya Allah,kaupun adalah ummi bagi anak anak kami nanti.Kumohon, anggaplah dia sebagai adik bagimu.

    Duhai istriku,tenanglah kau di sisi-NYA.Usah kau gelisah dalam tidur panjangmu.Kami akan melanjutkan apa yang pernah menjadi janji suci kita berdua.Tenanglah kau disana,nantikan kami hingga saatnya nanti kita kembali berkumpul bersama sebagai keluarga yang bahagia di syurga-NYA..”

    Laki laki itu menghapus airmatanya, dan beranjak pergi dari sana dengan membawa keyakianan yang pasti. Hatinya kini lega,karena ia tahu,pasti sang istri tercinta juga setuju dengan keputusan yang diambilnya.
    Hatinya tiba-tiba berdesir. Angin yang berhembus tenang,menimbulkan perasaan tenang dalam hatinya. Seolah membisikkan kata,tentang seuntai mutiara dari istri tercintanya,sebagai jawaban atas apa yang baru saja disampaikannya.

    “ Duhai suamiku tercinta..,aku tahu bahkan sangat tahu bahwa kau tak mungkin menghianati cinta dan kesetiaanku,karena cinta dan kesetiaanmu padaku tak perlu diragukan lagi..Aku sama sekali tidak keberatan Sayang…Aku justru bangga padamu.. Lakukanlah wahai lentera hatiku, aku ihlas… aku ridha.. karena aku tahu,sampai kapanpun hatiku dan hatimu akan tetap menyatu.. Sayang….kaulah imam terbaikku,dan sampai kapanpun kau akan tetap jadi imam kebanggaanku.. Kutunggu kau untuk berkumpul lagi bersamaku,bersama keluarga baru kita,kelak di syurga-NYA..”

    Lelaki itu tersenyum penuh arti. Bismillah…ia yakin untuk melakukan keputusan ini. Semesta seolah turut bertasbih, seiring tasbih cinta yang terpatri dalam dada,untuk sang istri tercinta yang kan selalu tetap ada,meskipun ia telah tiada.

    “ Terimakasih, Sayang…. “ Gumamnya pelan.

    teringat perjalanan kisah sembilan belas tahun silam....
    Datang dari jauh berbekal sebuah niat dan ketulusan
    Berharap suatu awal dari terwujudnya sebuah kebahagiaan
    inilah kisah perjalanan cinta seoarang yang mencari setitik kebahagiaan dalam sebuah janji dan ketulusan
    ada getar rindu yang teramat sangat..
    ada getar takut yang membelenggu jiwa...

    manusia punya fitrah
    yang hanya menjalankan takdirNya
    dan mewujudkan impiannya
    bukan untuk melampiaskan
    namun untuk masa depan cita dan cinta,,


    Alam menasbihkan kerinduan,
    hujan mengingatkanku akan cinta yang ingin kusematkan di dadamu
    malam yang semakin larut membawa sebuah kenangan tentang kebersamaan kita

    kutanya pada awan yang sedari tadi tak henti-hentinya meneteskan air
    masih ingatkah engkau tentang kenangan manis kita
    tentang tawa yang selalu mengingatkan ku pada bahagiamu…

    tentang sebuah jalan yang kita lalui
    dengan tergesa-gesa karena takut waktu akan menjebak kita pada kesulitan

    masih ingatkah kau pada selembar kertas yang kau tuliskan kata cinta
    yang engkau goreskan lewat pena hatimu
    sepenuhnya hanya untukku…itu ungkapanmu...

    masih ingatkah dikala enkau bermohon dalam doa dan aku yang meng aminkanya ...

    masih ingatkah ketika engkau cium telapak tanganku sebagai tanda keberkahanku.....

    masih ingatkah kau titipkan tasbih kecil sebagai bentuk penantianmu....

    tapi awan hanya menangis dan masih tarus menangis hingga pagi membangunkan ku dari sebuah mimpi
    buruk tentangmu
    karena ia tak tau tentangmu
    seperti aku yang tak pernah tau apakah kau juga merindukan dan memimpikan ku tadi malam…

    kutanya pada awan senja ada apakah denganmu...
    kutanya pada awan tentang ke adaanmu...

    rindu mengusik pada relung jiwa yang kosong
    rindu mengusik pada ruang jiwa yang tersakiti

    dalam getar aku ukir namamu lewat tasbih rindu yang engkau titipkan padaku....
    kumerasakan dalam keheningan dzikirku engkau berbisik halus dan manja seperti kala itu..
    seakan kau berbisk padaku dengan lirih dan berucap duhai suamiku aku akan segera datang padamu...percayalah padaku itu bisikmu padaku..
    ....
    ya allah...
    sucikan kami ...
    ridloi kami...
    ampuni kami...
    segerakanlah pertemukan pada kami pada kehalalanMu

    sesungguhnya apa bila engkau tak mempersatukan kami dalam naungan kehalalanMu..kutak sanggup memikul beban esok dalam kehidupan yang kekal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar