Saat syahadat ku sebatas ucapan
Saat solatku sebatas gerakan
Saat shaum ku sebatas kewajiban
Saat zakat ku sebatas keharusan
Saat solatku sebatas gerakan
Saat shaum ku sebatas kewajiban
Saat zakat ku sebatas keharusan
Saat haji ku sebatas kebanggaan
Saat itu pula “Kesia-siaan terbesar ada pada diriku!”
Saat islam ku sebatas pakaian
Saat iman ku sebatas ucapan
Saat ihsan ku sebatas pengetahuan
Saat itu pula “Ada penipuan terbesar dalam hidupku!”
Saat kematian dianggap hanya cerita
Saat neraka dianggap hanya berita
Saar siksa dianggap hanya kata
Saat itu pula “Kesombongan terbesar ada padaku!”
Saat takdir dianggap tak mungkin
Saat Tuhan dianggap nihil
Saat itu pula “Kedurhakaan terbesar ada pada diriku!” Bukankah aku memiliki hati?
Bukankah aku memiliki jasmani?
Bukankah aku memiliki akal budi?
Maka Harmonikanlah semuanya, Ya
Allah Semata hanya pada-Mu Ya Allah, selamatkanlah aku. Kumohon, jangan
biarkan hatiku menjadi sekeras batu dan sehitam
arang :’( Astaghfirullah...)'
Saat itu pula “Kesia-siaan terbesar ada pada diriku!”
Saat islam ku sebatas pakaian
Saat iman ku sebatas ucapan
Saat ihsan ku sebatas pengetahuan
Saat itu pula “Ada penipuan terbesar dalam hidupku!”
Saat kematian dianggap hanya cerita
Saat neraka dianggap hanya berita
Saar siksa dianggap hanya kata
Saat itu pula “Kesombongan terbesar ada padaku!”
Saat takdir dianggap tak mungkin
Saat Tuhan dianggap nihil
Saat itu pula “Kedurhakaan terbesar ada pada diriku!” Bukankah aku memiliki hati?
Bukankah aku memiliki jasmani?
Bukankah aku memiliki akal budi?
Maka Harmonikanlah semuanya, Ya
Allah Semata hanya pada-Mu Ya Allah, selamatkanlah aku. Kumohon, jangan
biarkan hatiku menjadi sekeras batu dan sehitam
arang :’( Astaghfirullah...)'
Tidak ada komentar:
Posting Komentar